Sabtu, 31 Mei 2014

PASIR-PASIR KECIL


PASIR-PASIR KECIL
KARYA: AFNIATI
Terik panasnya sinar matahari memaksa lubang-lubang kecil di tubuhku mengalirkan keringat. Meskipun begitu, aku tidak menghiraukan rasa panas yang membuat baju yang Aku kenakan basah dengan sendirinya. Aku asik bermain sendirian di depan rumahku. Aku menyendok-nyendok tanah dan pasir, sambil kubuat rumah-rumahan impian yang terlintas di benakku. Aku meminjam sendok pada ibu yang sedang memasak di dapur siang itu. “ Bu...Yia minjam sendok satu ya bu? Nanti Yia cuci bu..” ibu hanya tersenyum kepadaku. Akupun langsung kembali kehalaman rumah dengan berlari-lari kegirangan.
Ternyata di halaman rumah, aku bertemu dengan Sita, anak tetangga yang sering bermain denganku. Dia baik, kulitnya putih, begitu berbeda denganku. Dia sedang asik melihat rumah-rumahan yang kubuat.
“Yia...aku ikut main ya?”
“Boleh Sit, kita main sama-sama aja biar seroo!”
Kamipun langsung membuat apa yang kami inginkan. Sita membuat taman-taman bermain yang lengkap dengan bangku-bangku santai. Sedangkan aku melanjutkan memainkan rumah-rumahan yang aku buat tadi.
Ibupun memanggil ku dari depan pintu masuk,
“ Yia, jangan berpanas-panasan. Nanti Yia sakit, dan bawa juga Sita masuk kerumah”
“ iya bu, nanti sebentar lagi kami masuk bu” kata hira.
Namaku sebenarnya Hira, namun saat aku kecil, aku tidak bisa menyebutkan huruf R. Sampai sekarang, aku masih memenggil diriku  dengan sebutan Yia, begitu juga dengan ibu dan teman-teman ku.
Aku dan Sita asik bermain pasir-pasir kecil. Sedangkan ibuku memasak didapur, dia tidak melarangku untuk melakukan hal yang kotor-kotor. Aku sangat senang memainkan serta mengumpulkan pasir-pasir kecil di halaman rumahku. Karena, bagiku pasir-pasir kecil itu adalah mimpiku. Aku bisa mewujudkan mimpiku dengan mengolah pasir-pasir kecil itu menjadi apa yang ku inginkan. Seperti rumah bagus, taman yang indah, ataupun apa yang saat itu aku impikan.
Tidak lama kemudian, Sita pun pulang kerumahnya. Akhirnya tinggallah aku sendiri. Akupun merasa bosan dan masuk kerumah. Karena kelelahan, aku langsung tertidur di depan tv raung tamu. Ibu memanggilku berkali-kali. Namun aku tidak mendengarnya.
“Sayang,,,bangun nak. Ibu membuat nasi goreng”
Mendengar kata-kata nasi goreng, aku langsung terbangun dan pergi kedapur. Ibu tertawa melihatku seperti itu. Ternyata ibu telah menghias nasi goreng kesukaan ku dengan tomat, bawang goreng, telur ayam dan sedikit sayur hujau. Ibuku memang jago memasak nasi goreng untukku. Bagiku dia yang terjago di dunia ini.
“Ibu mau?” tanyaku padanya.
“Ibu sudah kenyang Yia, Yia makan yang banyak ya”
Aku begitu sangat tergoda melihat nasi goreng yang tersenyum kepadaku. Ibu memang pintar merayuku untuk makan. Dia membuat hiasan seperti senyum di nasi gorengku. Akupun memakan dengan lahapnya. Ibu begitu senang menemaniku makan, apa lagi aku makan dengan lahap.
Keesokan harinya, aku sakit. Aku tidak masuk ke sekolah. Aku merasakan perutku begitu nyeri sekali. Dan setiap setengah jam aku harus mengeluarkan BAB. Akupun merasa lemas dan lemah. Ibu memberiku obat, ternyata aku mengalami sakit perut.
“Yia, anak ibu kemaren makannya lupa cuci tangan ya?”
“Iya bu, Yia lupa karena Yia ketiduran, dan melihat nasi goreng ibu yang begitu menarik, Yia langsung memakannya dengan tangan Yia bu.”
“Besok-besok, Yia harus cuci tangan dulu sebelum makan, dan Yia jangan lupa juga berdoa, agar apa yang yia makan jadi sehat. Dan setelah Yia main pasir, Yia juga harus cuci tangan, Ok!”
“Siap bu peri”, jawab yia dan tersenyum kepadanya.
Akirnya aku pun kembali sembuh dalam beberapa hari. Aku kembali kesekolah dan kembali bermain pasir-pasir kecil di halaman rumahku. Meski ada dan tidak ada temanku, aku tetap bermain sendiri.
“Pasir-pasir kecil, nanti jangan jahat lagi ama Yia, kemaren Yia sakit. Sekarang Yia ngak mau sakit lagi sir,,,Yia akan selalu ingat pesan ibu, ibu bilang Yia harus cuci tangan setelah selesai main dengan mu pasir”
Aku tersenyum sendiri. Aku membentuk ekspresi ku dengan pasir-pasir kecil itu.
Begitulah aku setiap hari, setelah bermain pasir, aku membersihkan tanganku. Sebelum makanpun aku harus cuci tangan lagi. Aku tidak akan meninggalkan pasir-pasir kecil itu sampai akhirnya aku merasa bosan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar