PASIR-PASIR KECIL
KARYA: AFNIATI
Terik panasnya sinar matahari
memaksa lubang-lubang kecil di tubuhku mengalirkan keringat. Meskipun begitu, aku
tidak menghiraukan rasa panas yang membuat baju yang Aku kenakan basah dengan
sendirinya. Aku asik bermain sendirian di depan rumahku. Aku menyendok-nyendok
tanah dan pasir, sambil kubuat rumah-rumahan impian yang terlintas di benakku.
Aku meminjam sendok pada ibu yang sedang memasak di dapur siang itu. “ Bu...Yia
minjam sendok satu ya bu? Nanti Yia cuci bu..” ibu hanya tersenyum kepadaku.
Akupun langsung kembali kehalaman rumah dengan berlari-lari kegirangan.
Ternyata di halaman rumah, aku
bertemu dengan Sita, anak tetangga yang sering bermain denganku. Dia baik,
kulitnya putih, begitu berbeda denganku. Dia sedang asik melihat rumah-rumahan
yang kubuat.
“Yia...aku ikut main ya?”
“Boleh Sit, kita main sama-sama aja
biar seroo!”
Kamipun langsung membuat apa yang
kami inginkan. Sita membuat taman-taman bermain yang lengkap dengan
bangku-bangku santai. Sedangkan aku melanjutkan memainkan rumah-rumahan yang
aku buat tadi.
Ibupun memanggil ku dari depan pintu masuk,
“ Yia, jangan berpanas-panasan. Nanti
Yia sakit, dan bawa juga Sita masuk kerumah”
“ iya bu, nanti sebentar lagi kami
masuk bu” kata hira.
Namaku sebenarnya Hira, namun saat aku
kecil, aku tidak bisa menyebutkan huruf R. Sampai sekarang, aku masih memenggil
diriku dengan sebutan Yia, begitu juga
dengan ibu dan teman-teman ku.
Aku dan Sita asik bermain
pasir-pasir kecil. Sedangkan ibuku memasak didapur, dia tidak melarangku untuk
melakukan hal yang kotor-kotor. Aku sangat senang memainkan serta mengumpulkan
pasir-pasir kecil di halaman rumahku. Karena, bagiku pasir-pasir kecil itu
adalah mimpiku. Aku bisa mewujudkan mimpiku dengan mengolah pasir-pasir kecil
itu menjadi apa yang ku inginkan. Seperti rumah bagus, taman yang indah, ataupun
apa yang saat itu aku impikan.
Tidak lama kemudian, Sita pun pulang
kerumahnya. Akhirnya tinggallah aku sendiri. Akupun merasa bosan dan masuk
kerumah. Karena kelelahan, aku langsung tertidur di depan tv raung tamu. Ibu
memanggilku berkali-kali. Namun aku tidak mendengarnya.
“Sayang,,,bangun nak. Ibu membuat
nasi goreng”
Mendengar kata-kata nasi goreng, aku
langsung terbangun dan pergi kedapur. Ibu tertawa melihatku seperti itu.
Ternyata ibu telah menghias nasi goreng kesukaan ku dengan tomat, bawang
goreng, telur ayam dan sedikit sayur hujau. Ibuku memang jago memasak nasi
goreng untukku. Bagiku dia yang terjago di dunia ini.
“Ibu mau?” tanyaku padanya.
“Ibu sudah kenyang Yia, Yia makan
yang banyak ya”
Aku begitu sangat tergoda melihat
nasi goreng yang tersenyum kepadaku. Ibu memang pintar merayuku untuk makan.
Dia membuat hiasan seperti senyum di nasi gorengku. Akupun memakan dengan
lahapnya. Ibu begitu senang menemaniku makan, apa lagi aku makan dengan lahap.
Keesokan harinya, aku sakit. Aku
tidak masuk ke sekolah. Aku merasakan perutku begitu nyeri sekali. Dan setiap
setengah jam aku harus mengeluarkan BAB. Akupun merasa lemas dan lemah. Ibu
memberiku obat, ternyata aku mengalami sakit perut.
“Yia, anak ibu kemaren makannya lupa
cuci tangan ya?”
“Iya bu, Yia lupa karena Yia
ketiduran, dan melihat nasi goreng ibu yang begitu menarik, Yia langsung
memakannya dengan tangan Yia bu.”
“Besok-besok, Yia harus cuci tangan
dulu sebelum makan, dan Yia jangan lupa juga berdoa, agar apa yang yia makan
jadi sehat. Dan setelah Yia main pasir, Yia juga harus cuci tangan, Ok!”
“Siap bu peri”, jawab yia dan
tersenyum kepadanya.
Akirnya aku pun kembali sembuh dalam
beberapa hari. Aku kembali kesekolah dan kembali bermain pasir-pasir kecil di
halaman rumahku. Meski ada dan tidak ada temanku, aku tetap bermain sendiri.
“Pasir-pasir kecil, nanti jangan
jahat lagi ama Yia, kemaren Yia sakit. Sekarang Yia ngak mau sakit lagi sir,,,Yia
akan selalu ingat pesan ibu, ibu bilang Yia harus cuci tangan setelah selesai
main dengan mu pasir”
Aku tersenyum sendiri. Aku membentuk
ekspresi ku dengan pasir-pasir kecil itu.
Begitulah aku setiap hari, setelah bermain
pasir, aku membersihkan tanganku. Sebelum makanpun aku harus cuci tangan lagi.
Aku tidak akan meninggalkan pasir-pasir kecil itu sampai akhirnya aku merasa
bosan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar